Berdo’a Demi Persatuan

Menyaksikan perkembangan dunia Islam akhir-akhir ini semakin membuat perasaan teraduk-aduk. Sedih bercampur geram. Kenapa sesama saudara seiman hal ini bisa terjadi?

Kita tidak ingin menjadi orang yang pro ke sini atau berpihak ke sana, karena kedua belah pihak adalah saudara kita. Bila mereka bermusuhan semua kita akan rugi dan yang akan bertepuk tangan melihat dengan riang gembira tentu musuh umat ini, karena dari permusuhan itu mereka akan mendulang keuntungan yang luar biasa. Sedangkan yang berseteru satu pihak akan jadi abu dan satunya lagi akan menjadi arang.

Dalam perseteruan ini kita hanya sebagai penonton yang tidak memiliki kuasa apa-apa. Bahkan, jangankan kekuasaan, akses kepala masalah saja tidak punya walau seujung kuku. Tapi kita tidak menginginkan pemandangan tidak baik ini berlanjut terus.

Selaku orang yang beriman kita masih memiliki satu senjata ampuh, yaitu do’a. Rasulullah bersabda:

عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «الدُّعَاءُ سِلَاحُ الْمُؤْمِنِ، وَعِمَادُ الدِّينِ، وَنُورُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ»

Dari Ali ibn Abi Thalib RA, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “Do’a itu senjata orang beriman, tiang agama, cahaya langit dan bumi”. (HR. Hakim)

Dalam riwayat lain Rasulullah mengatakan:

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى مَا يُنْجِيكُمْ مِنْ عَدُوِّكُمْ وَيَدِرُّ لَكُمْ أَرْزَاقَكُمْ؟ تَدْعُونَ اللَّهَ فِي لَيْلِكُمْ وَنَهَارِكُمْ، فَإِنَّ الدُّعَاءَ سِلَاحُ الْمُؤْمِنِ»

Dari Jabir ibn Abdillah ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang akan menyelamatkan kalian dari musuh kalian dan yang akan mendatangkan rezeki kepada kalian? Kalian berdo’a kepada Allah di malam hari dan di siang hari, sesungguhnya do’a itu adalah senjata orang beriman”. (HR. Abu Ya’la)

Khusus dalam perkara yang kita saksikan ini, Ibnu Abi Ad Dun-ya meriwayatkan di dalam kitab beliau “at Tawakkal ‘alallah”, pada atsar ke-16 sebuah kisah yang sangat mendatangkan keoptimisan.

Pada masa terjadinya kemelut di seluruh dunia Islam yang disebabkan oleh terjadinya perebutan kekuasaan antara Abdullah ibn Az Zubair dengan Marwan ibn Hakam, kemudian diteruskan oleh anak beliau Abdul Malik ibn Marwan yang berlangsung selama sembilan tahun, di mana kemelut ini mengakibatkan pertumpahan darah yang tidak sedikit, dua orang rakyat jelata di Mesir terlibat dialog.

Dari ‘Aun ibn Abdillah, ia menuturkan: “Di saat seorang laki-laki penduduk Mesir duduk termenung dalam kesedihan di sebuah kebun pada masa fitnah Ibnu Az Zubair, di tangannya ada sesuatu yang ia gunakan untuk mencongkel-congkel tanah, tiba-tiba ia mendongakkan kepala dan ia dikejutkan oleh seseorang yang berdiri di hadapatnya sambil membawa cangkul, lalu orang itu berkata kepadanya: “Hai kamu, ada apa denganmu?! Kenapa kamu termenung sedih seperti itu?

Melihat ada orang bertampang sederhana menyapanya, laki-laki itu menjawab dengan ucapan seolah-olah meremehkannya. “Tidak ada apa-apa, ujarnya.

Laki-laki yang membawa cangkul itu melanjutkan pertanyaannya: “Apakah karena memikirkan dunia? Kalau permasalahan dunia, ketahuilah dunia ini hanya sesuatu yang lagi hadir, yang dimakan oleh orang baik dan orang jahat, sedangkan akhirat aadalah ketentuan yang benar adanya. Di sana nanti Raja yang Maha Berkuasa akan menghakimi, menyelesaikan persengketaan antara hak dan batil”.

Mendengar ucapannya, laki-laki yang lagi bersedih itu menjadi takjub. Ternyata orang yang membawa cangkul itu bukan sembarang orang. Dari lidahnya mengalir kalimat penuh hikmah.

Lalu ia berkata: “Aku bersedih menyaksikan peristiwa yang menimpa kaum muslimin hari ini”.

Laki-laki pembawa cangkul itu melanjutkan nasehatnya: “Sungguh Allah pasti menyelamatkanmu dengan rasa kasihanmu terhadap kaum muslimin itu. Sekarang berdo’alah, mintalah kepada-Nya. Siapa yang meminta kepada Allah yang tidak diberi oleh Allah? Siapa yang berdo’a yang tidak dikabulkan Allah? Siapa yang bertawakkal yang tidak diberi kecukupan oleh Allah? Dan siapa yang yakin yang tidak diselamatkan Allah?”

Laki-laki yang lagi bersedih itu berkata: “Saat itu aku langsung memanjatkan do’a: “Ya Allah selamatkan aku dari fitnah ini dan selamatkan fitnah ini dari campur tanganku”.

Tidak lama setelah itu fitnah itupun mereda dan dunia Islam kembali berada di bawah satu kepemimpinan.

Bagi setiap orang yang lagi berpuasa ada do’a mustajab sampai ia berbuka. Mari kita gunakan do’a itu untuk kebaikan agama dan kesatuan hati orang-orang beriman.

Ya Allah satukan shaf umat Nabi Muhammad ini. Dekatkan hati-hati mereka. Langgengkan kasih sayang mereka. Jadikan kami umat yang saling mencintai karena- Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Berkuasa atas segalanya.

Amin Allahuhumma amin.

About zulfiakmal

Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Pengembangan Ilmu Al Qur'an Sumatra Barat pengampu mata kuliah Tafsir dan Ulumul Qur'an. Alumni Universitas Al Azhar Cairo jurusan Tafsir.
This entry was posted in Qadhaya. Bookmark the permalink.

1 Response to Berdo’a Demi Persatuan

Leave a comment